Nilai tambah tersebut kemudian dibeli orang. Jadilah uang, ada profit di sana. Kita beli kain Rp 10,000, kita jahit, jadi baju. Seluruh bahan baku baju + pengerjaannya memakan Rp 15,000, kita jual Rp 20,000. Orang beli.. Dari selembar kain, kancing, benang. Diproses sehingga menjadi baju. Ini namanya pemberian nilai tambah. Kain diolah jadi baju. Karena ada proses pengolahan, kain berubah jadi baju. Si kain naik derajat jadi baju. Ini namanya nilai tambah. Anda pun akhirnya membeli. Maka ujung dari makna bisnis adalah “hadirnya uang”. Konsekuensi dari hadirnya sebuah nilai, adalah hadirnya sebuah uang.
Maka sekali lagi, ketika kita bicara tentang bisnis, kita bicara result, kita berbicara number, kita bicara sesuatu yang bisa diukur. Sesuatu yang tak bisa diukur, tak bisa diatur. Sesuatu yang tak bisa diukur, tak bisa dikendalikan. Ini hukumnya. Maka ukuran-ukuran bisnis sangatlah jelas. Bisnis dapat diukur dengan melihat realita keuangan si bisnis : neraca, lap laba-rugi, arus kas, dll.
Bisnis memiliki bahasanya sendiri, sama seperti olahraga. Kalau Anda bertanding, Anda harus bisa baca score board. Bisnis juga memiliki score board. Berapa asset? Berapa cash yang ada sekarang? Berapa kewajiban? Berapa equity owner? Yang benar-benar milik sendiri, dll. Sayangnya, khususnya entrepreneur di Indonesia, mayoritas tidak fluent berbahasa financial. Sebagian gagap membaca balance sheet. Saat ini, entrepreneur di Indonesia bahkan di dunia, tahunya uang masuk uang keluar saja, sisa berapa, itu saja. Akhirnya ukuran-ukuran realnnya jadi tidak tersadari. Bahkan ada inventory yang menumpuk, piutang yang tak tertagih, cash yang lenyap. Tak bisa dibaca. Nah, untuk itu, penting bagi kita untuk literate secara financial. Pelajari lebih lanjut yuukk.. Agar kita semakin cerdas mengelola bisnis yang kita miliki. Ada 3 hal yang menjadi sebab utama mengapa kita wajib literate secara financial.
Urgensi yang Pertama : Anda mengetahui kondisi nyata bisnis Anda saat ini. Snapshoot your business. Dengan memahami financial literacy ini, Anda jadi tahu. Ukuran-ukuran bisnis Anda saat ini. Laporan keuangan menuntun Anda untuk mengetahui, sehat atau tidaknya bisnis Anda. Dan pengetahuan dari awal ini adalah pijakan untuk langkah lanjutan. Nah sekarang, banyak pebisnis yang tidak bisa membaca “ukuran-ukuran” ini, tahunya penjualan saja. Akhirnya tidak menyadari jika bisnisnya rugi. Ada juga yang tidak sadar. Dia kira hutang itu asset. Akhirnya hutang ditambah. Padahal hutangnya tergerus biaya. Tidak pernah “earning”. Ini benar-benar mengkhawatirkan jika kita tidak literate secara financial. Bisa-bisa kita tidak menyadari bahwa kita sedang “membangun kemiskinan”. Baiklah, itu urgensi yang pertama ya, “Tahu kondisi awal”.
Urgensi Kedua : Anda harus menguasai Financial Literacy, agar Anda dapat mengetahui dampak atas aktifitas bisnis Anda. Sahabat pebisnis, setiap kita lakukan aktifitas bisnis, apapun itu pastilah menggerakkan neraca bisnis kita. Satu transaksi akan berdampak pada neraca. Begitu hukumnya. Jika tidak mempengaruhi neraca, berarti bukan aktifitas bisnis. Misalnya seperti beberapa aktifitas bisnis berikut ini :
- Anda membeli barang, cash berkurang, inventory bertambah.
- Anda jual barang, cash bertambah inventory berkurang, earning bertambah.
- Anda membeli alat : equipment bertambah, jangan lupa ya Ia terdepresiasi. Dan sadarilah, ada uang cash yang berubah static. Ukur baik-baik.
- Anda membayar promosi : earning berkurang, karena ada biaya bertambah. Gross profit tergerus. Net ncome menipis, dan cash berkurang.
Maka ketika Anda mampu melihat dampak dari aktifitas bisnis Anda, Anda akan “WARAS” dalam berbisnis. “Ooh, kalau aku ngiklan, uangku berkurang nih, gross profitku kehajar, net income ku jadi kecil. Berarti iklan ini harus berdampak untuk bisnisku nih!” Nah semacam itu. Anda akan berpikir, iklan harus punya dampak ke sales. Ini akibat dari Anda kuasai Financial Literacy.
Urgensi Ketiga, dengan menguasai Financial Literacy, Anda bisa melihat dengan jelas, dimana letak kesalahan Anda. Misal seperti beberapa kasus berikut ini,
- Penjualannya sudah tinggi, tapi cash kok tidak ada. Ternyata ada piutang yang Anda lupa tagih. Anda tidak mencatat hutang customer dengan baik.
- Bisnis Anda banyak, tetapi setiap bulan Anda selalu saja harus ‘nombokin’ bisnis Anda.
Jika Anda tidak menguasai Financial Literacy ini, Anda tidak akan bisa track. Jika Anda menguasai Financial Literacy ini nanti akan terlihat perbedaannya. “Ini operating cashflow nya kok negative terus ya? Ada apa? Biaya-biaya kah? Piutang tidak tertagihkah? Atau yang lainnya?” Dengan penguasaan pada laporan financial, Anda akan lebih mahir dalam berbisnis. Dan Anda pun akan mudah melihat ketertumbuhan bisnis Anda.
Sumber : @kangrendy, Foto: Dok. News Mds