Pandemi COVID-19 tidak hanya memakan korban jiwa namun juga berdampak pada ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Dikutip dari berita yang ditulis oleh Kompas[i] bahwa berdasarkan data Kemenaker per 20 April 2020, terdapat 2.084.593 pekerja dari 116.370 perusahaan dirumahkan dan kena PHK akibat terimbas pandemi COVID-19. Dapat diduga yang terjadi kemudian adalah berkurangnya pendapatan masyarakat dan akan ada banyak orang yang kesulitan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Artikel ini akan mengulas tiga cara menggunakan anggaran keuangan untuk menghadapi dampak pandemi COVID-19. Pertama kita perlu meninjau kembali anggaran keuangan kita, menyesuaikannya untuk kondisi saat ini. Kedua kita perlu mengakomodir rezeki orang lain dalam anggaran kita. Ketiga, kita bisa menjadikan anggaran keuangan kita sebagai alat untuk membuat kita merasa lebih baik.
Oke kita mulai dari langkah pertama, yakni membuat anggaran keuangan. Perencanaan anggaran sangat penting sebagai upaya awal menghindari pengeluaran yang tidak diharapkan serta untuk antisipasi dalam menghadapi berbagai dampak dari pandemi ini. Dalam keadaan seperti ini, bayak orang mengalami pergeseran kebutuhan. Misalnya, beberapa orang akan memerlukan lebih banyak pengeluaran untuk internet karena bekerja dari rumah. Beberapa orang malah jadi sering masak-masak, seperti mengikuti trend kopi dalgona. Kamu tim yang mana?
Maka ada baiknya kita coba sisihkan waktu sebentar untuk melihat kembali pendapatan dan pengeluaran kita. Apakah ada perubahan dalam pemasukan kita? Apakah harus ada yang dirubah dari pengeluaran kita? Jangan sampai pandemi ini menjadikan keuangan kita kacau.
Banyak dari kita yang mungkin tadinya tidak memiliki perencanaan anggaran. Seringnya, pendapatan yang kita terima langsung dipakai untuk membayar kebutuhan-kebutuhan yang kita ingat saja, lalu sisanya digunakan untuk menyenangkan diri sendiri seperti jalan-jalan keluar kota, makanan atau minuman.
Untuk mereka yang punya anggaran keuangan, biasanya hanya membagi pengeluaran dalam tiga kategori besarnya saja, seperti dibawah ini :
Hal tersebut tidak salah, tapi ada baiknya kita coba lebih detil membagi pendapatan kita. Disini saya coba bagi pengalaman saya untuk membuat anggaran keuangan yang lebih detil namun mudah, sehingga membantu kita untuk menggunakan uang dengan lebih bijaksana.
Di kolom kiri, adalah daftar pengeluaran dan perkiraan persentase yang perlu disisihkan. Setiap orang tentunya memiliki kebutuhan yang berbeda, tapi daftar ini mungkin bisa menginspirasi teman-teman semua.
Dari semua daftar ini, yang paling penting adalah menabung dan membayar hutang. Jadi sisihkan dulu pendapatan yang kita terima untuk kedua hal ini ya. Hal kedua yang perlu kita lakukan adalah membayar asuransi. Disini, saya menggunakan contoh BPJS kesehatan. Asuransi penting sekali, khususnya dalam masa saat ini. Jangan sampai ketika kita sakit, kita tidak memiiki asuransi yang mengharuskan kita mengeluarkan uang lebih untuk berobat. Persentase yang telah kita bagi tersebut dapat kita implementasikan dalam pendapatan bulanan kita, sebagai contoh saya ambil seorang pegawai di kota Jakarta. Merujuk pada Peraturan Gubernur Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 121 Tahun 2019 tentang Upah Minimum Provinsi Tahun 2020 didapatkan bahwa upah minimum Tahun 2020 di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebesar Rp. 4.276.349,906,- . Kita hitung angka tersebut dalam persentase rencana anggaran, hasilnya bisa dilihat di kolom sebelah kanan.
Sekarang kita tahu berapa pengeluaran kita untuk setiap bulan. Dengan menjabarkan seluruh kebutuhan kita akan sadar untuk tidak menghabiskan pendapatan lebih dari yang sudah dianggarkan.
Tentu saja tabel diatas hanyalah contoh. Misalnya jika seseorang tidak memiliki utang, maka 30% yang tadinya untuk membayar utang bisa dianggarkan pada hal lainnya seperti menabung, berinvestasi, atau berbagi lebih banyak lagi.
Langkah yang kedua, adalah meluangkan waktu untuk berempati pada orang-orang disekitar kita. Pendapatan kita tidaklah seluruhnya milik kita, sebagian diantaranya adalah titipan rezeki bagi mereka yang tidak mampu. Kita perlu meluangkan waktu untuk mengingat kewajiban mengembalikan rezeki tersebut dengan berbagi kepada sesame. Maka dalam anggaran keuangan kita perlu memastikan bahwa ada porsi pendapatan untuk berbagi. Dalam table diatas saya contohkan sebesar 2,5% setiap bulan.
Banyak orang tidaklah seberuntung kita, bisa membaca artikel ini sambil beristirahat dirumah, menunggu berbuka puasa, dan bisa makan makanan hangat setiap harinya. COVID-19 menyebabkan banyak dari masyarakat yang di PHK atau harus tutup usahanya. Dalam keadaan seperti inilah kita perlu bersama-sama saling bahu membahu untuk melewati keadaan ini.
Langkah yang terakhir adalah menjaga agar selalu memiliki perasaan yang baik. Dalam riset yang dilakukan Harvard Business School professor Michael Norton dan dua rekannya dari University of British Columbia, Elizabeth Dunn dan Lara Aknin pada tahun 2008 [ii] menyebutkan bahwa berbagi kepada orang lain meningkatkan kebahagiaan pemberi daripada membelanjakannya untuk diri sendiri. Selain itu juga berbagi dapat meningkatkan kepercayaan dan kerja sama dengan orang lain. Dengan berbagi kita mendekatkan orang di sekitar kita kepada diri sendiri dan juga mendekatkan diri kita kepada orang lain.
Jadi berbagi pada keadaan seperti ini tidak hanya membantu kita orang lain, tapi juga bisa membantu kita merasa lebih baik.
Oleh : Fajar Harlanka Alam Azhar
Editor : Resya Kania
[i] https://money.kompas.com/read/2020/04/23/174607026/dampak-covid-19-menaker-lebih-dari-2-juta-pekerja-di-phk-dan-dirumahkan
[ii] Dunn, Elizabeth & Aknin, Lara & Norton, Michael. (2008). Spending Money on Others Promotes Happiness. Science (New York, N.Y.). 319. 1687-8. 10.1126/science.1150952.