*Diadaptasi dari: Andersen (1982): kemiskinan -> tidak ada tabungan -> investasi rendah -> skala produksi rendah -> pendapatan rendah -> kemiskinan -> pendapatan rendah -> pendidikan rendah -> produktifitas rendah -> peroduksi rendah -> kemiskinan -> konsumsi rendah -> kurang nutrisi -> sakit -> kinerja rendah -> produksi rendah -> kemiskinan
Tim PPKM merupakan alumni HICD (Human and Institutional Capacity Development)-PRESTASI (Program to Extend Scholarship and Training to Achieve Sustainable Impact) merupakan penerima beasiswa baik dalam dan luar negeri dari USAID (United States Agency for International Development). PPKM didirikan pada bulan Juli 2012 sebagai bagian kegiatan Divisi Ekonomi Asosiasi Alumni PRESTASI-HICD Amerika-Indonesia (ALPHA-I). Dalam perjalanannya, Tim PPKM tidak hanya melibatkan para alumni penerima program beasiswa Amerika Indonesia, namun para pengajar, pendidik, dan masyarakat yang peduli akan pemberdayaan masyarakat di bidang literasi keuangan.
Latar Belakang di mulainya Gerakan Pendidikan Keuangan Masyarakat
Sejumlah penelitian telah membuktikan bahwa akses layanan keuangan (financial inclusion) merupakan salah satu faktor penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Pemerintah sesungguhnya telah menaruh perhatian yang besar terhadap upaya untuk meningkatkan akses dan layanan keuangan yang lebih luas kepada masyarakat. Peningkatan akses dan layanan keuangan tersebut diharapkan tidak hanya terbatas hanya berupa layanan tabungan dan akses pinjaman semata, namun juga layanan dan akses terhadap dana pensiun, asuransi kesehatan, dan asuransi pendidikan. Akan tetapi, hasil penelitian Bank Dunia pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sekitar 40% penduduk Indonesia tidak memiliki akses layanan perbankan. Hal ini mengakibatkan mereka tidak dapat menyimpan dan meminjam uang di bank. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya informasi dalam hal pengetahuan keuangan yang mencakup pengetahuan akan institusi keuangan, manajemen pengelolaan keuangan dan pembukuan, serta pengetahuan dasar tentang investasi (Bank Dunia, 2011). Temuan Bank Dunia ini menunjukkan bahwa financial inclusion bagi masyarakat, khususnya masyarakat miskin yang tidak bankable, sulit untuk dicapai jika tidak disertai dengan penyebarluasan financial literacy kepada masyarakat.
Financial literacy merupakan pengetahuan tentang institusi keuangan, manajemen keuangan sederhana, dan sejenisnya. Financial literacy yang dimaksudkan dalam kegiatan ini tidak hanya terbatas tentang pengetahuan bagaimana mengelola keuangan sederhana tapi juga bagaimana mengakses layanan lembaga keuangan formal. Dengan meningkatnya financial literacy, diharapkan masyarakat akan memiliki kemampuan untuk mengelola uang dan asetnya yang terbatas dengan bijaksana demi tercapainya tujuan dirinya sendiri, anak-anaknya, maupun keluarganya di masa mendatang. Mengingat manfaat yang luas dari financial literacy, maka hal ini perlu melibatkan kalangan perbankan, pemerintah semata, juga pihak lain yang lebih luas, seperti lembaga swadaya masyarakat, kalangan akademisi, dan masyarakat luas.
Indonesia sesungguhnya memiliki sejumlah ‘infrastruktur modal sosial’ seperti program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di berbagai universitas, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM), dan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) yang tersebar di seluruh Indonesia.
Program-program ini sesungguhnya dapat saling dihubungkan dan dimanfaatkan untuk meningkatkan inklusi keuangan melalui penyebarluasan pengetahuan financial literacy.
Untuk itu, melalui Kegiatan PPKM, kami ingin membangun jejaring kerjasama dengan berbagai pihak yang memiliki perhatian terhadap pemberdayaan masyarakat melalui peningkatan pemahaman masyarakat mengenai keuangan sederhana yang berkelanjutan.